Merdeka Menjadi Orangtua

Penulis : Lilian Netya Al Mabruroh, S. Pd. I

Hai, Parents, kali ini kita akan membahas tentang bagaimana, sih, agar kita merdeka menjadi orangtua. Merdeka bukan berarti lepas peran dan tanggungjawab, ya. Sebaliknya, merdeka yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana orangtua bisa senantiasa bahagia dalam menjalankan setiap peran dan tanggungjawabnya.

Sebagai orangtua, pastinya kita menghadapi berbagai tingkah polah anak-anak. Baik menggemaskan, menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Saat anak-anak patuh dengan nasihat kita, maka dia tampak begitu manis dan menyenangkan. Namun saat si kecil mulai bertingkah, cari-cari perhatian sampai tantrum, maka yang tampak di mata kita, mereka begitu menjengkelkan dan membuat emosi kita naik.

Semakin besar anak, semakin beragam pula tantangannya. Kalau dulu saat kecil, mereka hanya membuat kita jengkel dengan segala keinginannya, tapi saat mereka tumbuh besar, takjarang mereka terlibat hal-hal yang jauh diluar kendali kita. Jadi, bagaimana kita bisa merdeka dan bahagia menjadi orangtua?

Mari kita kembali mengingat sebuah hadist yang berbunyi :

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

Artinya : “Ridho Allah SWT bergantung dari ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Maknanya apa Ayah dan Bunda?

Ya, makna hadits di atas ada di sikap Ridho. Ridho sebagai orangtua bagi anak-anak kita. Ridho dengan apapun kondisi fisik dan sifat anak-anak kita. Ridho dengan apapun yang kita ikhtiarkan bagi kebaikan anak-anak kita. Intinya Ridho dengan segala ketetapan Allah SWT.

Lalu bagaimana jika anak kita sangat tidak sesuai dengan harapan kita? Tidak mau mendengarkan nasihat kita dan selalu membuat kita marah? Apakah kita tidak boleh marah jika anak melakukan kesalahan? 

Tentu saja kita boleh marah, karena itu adalah salah satu fitrah yang Allah berikan kepada kita. Namun yang harus kita kontrol adalah ekspresi marah kita. Ingat kembali hadits di atas ya, Parents. Jika kita marah-marah pada anak apalagi sampai bersikap kasar dan menyakiti secara verbal dan fisik, berarti kemungkinan kita sedang tidak ridho pada anak kita. Kalau kita tidak ridho, maka Allah pun tidak ridho kepada anak kita. Apa yang terjadi? Anak kita akan semakin jauh dari harapan kita, akan semakin jauh dari kriteria anak sholih dan qurrota a’yun. Na’udzubillahi min dzalik.

Sebaliknya, jika kita ridho dengan ujian dari Allah yang dikirimkan lewat anak kita, maka Allah pun akan ridho pada anak kita. Apa yang akan terjadi jika Allah sudah ridho kepada anak kita? Maasya Allah wa insya Allah, kita akan merasakan kemudahan dalam mendidik anak-anak kita. Mereka pun akan semakin dekat dengan Allah dan kita sebagai orangtuanya. Maka di situlah kita akan merasakan betapa bahagianya kita sebagai orangtua. Betapa merdekanya kita sebagai orangtua. Wallahu’alam bisshowab.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *