Kediri – Pembelajaran perkalian dan pembagian untuk anak SD fase B (kelas 3–4) sebaiknya dilakukan bertahap, bermakna, dan menyenangkan. Pendekatan dimulai dari hal konkret dengan menggunakan benda nyata, seperti kelereng, stik es krim, tutup botol, atau gambar.
Hal inilah yang kemarin dilakukan di kelas 3 Hasyim Asy’ari SDIT Nurul Izzah. Dengan cara unik, mereka belajar perkalian dan pembagian menggunakan kerupuk goreng pasir. Selain murah dan mudah didapat, kerupuk yang dikenal sebagai non kolesterol ini juga sangat disukai anak-anak, apalagi saat dinikmati bersama sambal pecel di kelas.
Ustadzah Dian Chonita S, S.Pd. mengajarkan bahwa perkalian dapat dipahami sebagai penjumlahan berulang, sedangkan pembagian dapat dimengerti sebagai pengurangan berulang atau membagi rata. Pembelajaran juga dikaitkan dengan cerita kontekstual, seperti membagi kerupuk dengan teman sekelompok, sehingga anak-anak lebih mudah memahami karena dekat dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Dengan penekanan pada pemahaman, bukan sekadar hafalan, anak-anak terdorong menemukan pola hasil perkaliannya, misalnya:
-
Perkalian dengan 2 selalu menghasilkan bilangan genap.
-
Perkalian dengan 5 selalu berakhiran 0 atau 5.
Selain itu, kegiatan ini mendorong pembelajaran kooperatif. Siswa belajar bekerja sama dalam kelompok, di mana teman yang sudah paham dapat menjadi tutor sebaya bagi teman lain yang masih kesulitan.
Dari pengalaman ini, terlihat bahwa pembelajaran perkalian, pembagian di fase B idealnya dimulai dari konkret, lalu visual, kemudian abstrak, dengan cara yang kontekstual, berulang, dan penuh variasi. Hasilnya, belajar matematika terasa lebih seru, bermakna, sekaligus menyenangkan.
Sip, yuk selalu berfikir kreatif untuk variasi Media belajar dan metodenya agar pembenaran mendalam bisa diterapkan dg menyenangkan pula 😍