Oleh : Lilian Netya Al Mabruroh, S. Pd. I.
Maa syaa Allah, Tabaarokallah…
Ramadhan akan segera meninggalkan kita. Hawa lebaran pun semakin terasa. Baju baru, jajanan, dan berbagai pernak-pernik menyambut hari raya Idul Fitri sudah mulai disiapkan.
Idul Fitri adalah momen yang selalu dinanti oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Tak terkecuali anak-anak, yang biasanya sangat antusias menyambut hari kemenangan ini. Dalam budaya masyarakat kita, lebaran identik dengan “panen raya” bagi anak-anak yaitu panen angpao atau uang saku dari keluarga dan tetangga.
Tapi tahukah Parents, tanpa disadari ada ungkapan-ungkapan yang mungkin kita sampaikan kepada anak-anak dan dapat membentuk pola pikir yang kurang baik, seperti: “Ayo semangat silaturahminya, biar dapat banyak uang saku!”. “Tuh, Om datang. Minta angpaonya dong, Om!” atau anak dibuatkan kaos bergambar kode QRIS yang dibuat khusus untuk menerima angpao via e-money.
Sekilas hal ini terdengar sepele dan lucu, tetapi bagi anak-anak, kebiasaan ini bisa membentuk pola pikir bahwa meminta-minta adalah sesuatu yang wajar. Dalam jangka panjang, mereka bisa terbiasa menerima sesuatu tanpa usaha, bahkan merasa nyaman mendapatkannya tanpa perlu bekerja keras. Na’udzubillah.
Parents, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Seseorang yang selalu meminta-minta kepada orang lain, di hari kiamat ia akan menghadap Allah dalam keadaan tiada sekerat dagingpun di wajahnya” (HR. Bukhari no. 1474, Muslim no. 1040).
Dalam hadist lain disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meminta-minta padahal ia tidak fakir maka seakan-seakan ia memakan bara api” (HR. Ahmad no. 17508)
Tentunya kita tidak ingin apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadits di atas menimpa keluarga kita. Lalu bagaimana agar anak-anak tetap semangat silaturahim meskipun tanpa iming-iming uang saku?
Sebenarnya wajar ketika anak-anak bersemangat dan sangat suka menerima angpao. Jangankan mereka, yang sudah berumur pun tentu bahagia menerimanya. Yang perlu kita lakukan sebagai orangtua adalah pelajari dan pahami kembali keutamaan silaturahim. Setelah itu bagi pemahaman kita pada anak-anak. Bisa melalui cerita atau obrolan ringan saat beraktivitas bersama. Ajak anak meluruskan niat lillahi ta’ala setiap melakukan kegiatan, termasuk silaturahim hari raya. Sampaikan bahwa jika mendapatkan uang saku, itu adalah bonus dari Allah, bukan tujuan utama dari silaturahim itu sendiri. Sehingga ketika anak tidak mendapatkannya, mereka tidak akan kecewa.
Allah SWT. berfirman dalam surah An-Nisa ayat 9 yang berbunyi: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Semoga dengan upaya-upaya kecil kita dalam menyampaikan nilai-nilai keimanan dan keislaman dengan benar, Allah berkenan menjaga kita dari meninggalkan anak keturunan dengan sifat dan sikap yang lemah. Amin.
Wallahu’alam bisshowab.