Bunda, mendidik anak balita memang bukan perkara mudah. Terlebih ketika menyangkut hal-hal penting seperti membangun rasa empati dan keberanian untuk meminta maaf. Bahkan bagi sebagian orang dewasa pun, meminta maaf terkadang bisa terasa sangat sulit. Maka tidak heran jika anak-anak juga memerlukan proses panjang untuk belajar bahwa menyadari kesalahan dan meminta maaf adalah bagian penting dari proses menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Di usia dini, anak masih berada dalam fase egosentris, di mana ia melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri. Itu sebabnya, ketika si kecil memukul temannya atau merusak mainan kakaknya, ia mungkin tidak langsung merasa bersalah karena belum memahami dampak perbuatannya pada orang lain. Di sinilah peran orangtua menjadi kunci utama, untuk secara perlahan menanamkan nilai-nilai empati dan mengajarkan pentingnya mengucapkan “maaf” dengan tulus.
Lalu, bagaimana cara paling efektif mengajarkan si kecil untuk berani meminta maaf tanpa merasa dipaksa? Yuk, simak pembahasan berikut!
Berikan Teladan Lewat Perilaku Sehari-hari
Anak belajar dari melihat, bukan hanya mendengar. Jika Bunda ingin si kecil terbiasa meminta maaf, maka ia harus melihat kebiasaan itu dari orangtuanya terlebih dahulu.
Misalnya, ketika Bunda tidak sengaja melakukan kesalahan seperti menumpahkan makanannya, ucapkan permintaan maaf dengan nada yang tulus. Dari situ, anak akan memahami bahwa meminta maaf adalah hal wajar yang dilakukan semua orang saat melakukan kesalahan, termasuk orang dewasa.
Validasi Perasaan Anak Terlebih Dahulu
Bunda, penting untuk mengenali bahwa sebelum anak mampu meminta maaf, ia perlu merasa dipahami terlebih dahulu. Saat anak marah atau kesal dan tanpa sengaja melukai orang lain, validasi dulu emosi mereka. Lalu baru melanjutkannya dengan pertanyaan terbuka, seperti “Kira-kira, apa yang bisa adik lakukan supaya kakak tidak bersedih lagi?” Pendekatan ini akan membantu anak belajar mengelola emosi, sebelum naik ke tahap berikutnya yaitu belajar bertanggung jawab.
Jelaskan Dampak dari Perbuatannya
Alih-alih hanya menyuruh anak berkata maaf, bantu ia memahami alasannya. Contohkan dengan kalimat seperti, “Tadi kakak sedih karena adik ambil mainannya. Kalau diperlakukan begitu, adik pasti juga sedih, kan?” Dengan begitu, anak belajar bahwa meminta maaf bukan hanya dilakukan karena paksaan dari orangtua, melainkan cara untuk memperbaiki hubungan dan menunjukkan empati.
Hindari Memaksa Anak untuk Meminta Maaf
Memaksa anak untuk minta maaf saat ia belum benar-benar siap justru bisa menumbuhkan rasa malu atau marah. Sebaiknya, beri anak waktu dan ruang untuk merenungkan kesalahannya supaya mereka merasa lebih baik. Anak perlu merasa memiliki kontrol atas tindakannya agar ia tumbuh dengan kepercayaan diri, bukan sekadar patuh karena takut.
Apresiasi Anak Ketika Mereka Berani Meminta Maaf
Jangan lupa beri apresiasi ketika si kecil berhasil mengucapkan maaf dengan tulus. Tidak harus berupa hadiah fisik, cukup pelukan hangat dan pujian seperti, “Ibu bangga adik bisa bilang maaf tadi. Itu berarti adik anak yang hebat dan baik hati.” Hal ini akan memotivasi anak untuk mengulangi perilaku positif tersebut di lain waktu.