Mengajarkan anak tentang pentingnya mengelola uang bukanlah hal yang perlu menunggu hingga mereka dewasa. Justru, masa kanak-kanak merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai dasar finansial secara menyenangkan dan mudah dipahami. Sayangnya, banyak orang tua yang belum tahu bagaimana cara mengenalkan konsep finansial kepada anak tanpa membuatnya terasa seperti pelajaran yang membosankan.
Padahal, banyak cara kreatif yang bisa dilakukan untuk menjadikan literasi keuangan sebagai bagian dari aktivitas bermain sehari-hari. Mulai dari permainan peran hingga simulasi belanja, semuanya bisa menjadi media pembelajaran yang efektif untuk memperkenalkan konsep menabung, berbagi, hingga membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Dilansir dari Invested Moms dan Black Hills Family, berikut ini beberapa ide kegiatan menyenangkan yang bisa diterapkan sahabat Fimela untuk membangun kebiasaan finansial yang sehat sejak usia dini. Tidak hanya seru, aktivitas-aktivitas ini juga memperkuat keterampilan anak dalam mengambil keputusan dan memahami nilai dari setiap rupiah yang mereka miliki.
1. Simulasi Toko di Rumah: Belajar dari Transaksi Sederhana
Salah satu cara paling efektif untuk memperkenalkan konsep jual beli kepada anak adalah dengan membuat permainan simulasi toko di rumah. Cukup dengan menyiapkan barang-barang rumah tangga seperti makanan ringan, alat tulis, atau mainan, dan memberi label harga pada masing-masing barang. Orangtua dapat berperan sebagai kasir, sementara anak menjadi pembeli yang membawa uang mainan.
Melalui permainan ini, anak dapat belajar menghitung uang, memahami konsep kembalian, serta membuat keputusan berdasarkan jumlah uang yang dimiliki. Lebih dari itu, sahabat Fimela juga bisa menambahkan tantangan berupa batasan anggaran, sehingga anak perlu memilih barang secara bijak berdasarkan prioritas. Aktivitas ini melatih logika, kemampuan berhitung, serta memperkuat pemahaman bahwa uang memiliki nilai dan harus digunakan secara bertanggung jawab.
Simulasi ini juga bisa dilakukan secara berkala dengan tema yang berbeda, misalnya toko pakaian, restoran, atau pasar tradisional. Selain menyenangkan, cara ini membantu anak memahami transaksi dalam berbagai konteks kehidupan nyata.
2. Tiga Toples Ajaib: Save, Spend, Give
Membiasakan anak untuk membagi uang yang dimiliki ke dalam tiga kategori utama—menabung, membelanjakan, dan berbagi—dapat dilakukan dengan konsep tiga toples atau celengan. Sahabat Fimela cukup menyiapkan tiga wadah transparan dan memberi label masing-masing: “Save” untuk menabung, “Spend” untuk belanja, dan “Give” untuk donasi atau berbagi.
Ketika anak menerima uang saku atau hadiah, bimbing mereka untuk membagi uang tersebut ke dalam ketiga toples sesuai persentase yang disepakati bersama. Melalui metode ini, anak akan terbiasa memisahkan uang untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang, serta diajarkan pentingnya memberi kepada orang lain yang membutuhkan.
Toples transparan memungkinkan anak melihat pertumbuhan tabungan mereka secara visual, yang memberikan kepuasan tersendiri dan meningkatkan motivasi untuk terus menabung. Selain itu, saat waktunya membelanjakan uang di toples “Spend,” orang tua dapat mengarahkan diskusi tentang nilai suatu barang, apakah itu benar-benar dibutuhkan, dan bagaimana memilih barang terbaik dalam batasan anggaran.
3. Libatkan Anak dalam Belanja Keluarga
Mengajak anak berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan belanja keluarga bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mengajarkan perbandingan harga dan pengelolaan anggaran. Misalnya, sebelum pergi ke supermarket, ajak anak menyusun daftar belanja berdasarkan kebutuhan dan menentukan batas maksimal pengeluaran.
Saat berbelanja, beri kesempatan kepada anak untuk membandingkan harga antar produk dan memilih opsi yang paling ekonomis. Anak juga bisa belajar tentang ukuran kemasan, diskon, hingga membaca label produk. Proses ini bukan hanya mengajarkan anak tentang cara menghemat uang, tetapi juga menanamkan kebiasaan berpikir kritis dalam membuat keputusan finansial.
Dengan cara ini, anak tidak hanya melihat belanja sebagai aktivitas konsumtif, tetapi juga memahami pentingnya merencanakan keuangan, membuat prioritas, dan menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi finansial yang tersedia.