Dalam berbagai momen, anak-anak sering kali melihat tindakan orangtua yang meninggalkan luka batin yang mendalam bagi mereka. Sedihnya, orangtua gak menyadari jika apa yang mereka lakukan justru membuat anak-anak trauma. Orangtua menganggap tindakan yang dilakukan adalah hal sepele dan wajar. Gak sedikit juga yang merasa tindakan tersebut dilakukan agar anak-anak menjadi mandiri dan kuat nantinya.
Padahal, pola pengasuhan anak di setiap era jelas berbeda. Belum lagi karakter setiap anak juga gak sama, sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda pula. Itulah mengapa para orangtua perlu memahami tindakan mereka dalam mengasuh anak.
Melansir dari berbagai sumber, 5 hal di bawah ini merupakan tips yang benar dilakukan untuk mendidik anak Sahabat Fimela tanpa membentak atau memukul sehingga meninggalkan rasa trauma.
1. Berikan contoh yang baik
Untuk membentuk pribadi anak yang baik, orangtua mempunyai peran utama dalam mendidiknya. Hal ini dikarenakan anak belajar melalui contoh dari sikap yang ditunjukkan Ibu dan Ayah, sehingga penting bagi para orangtua agar menunjukkan perilaku yang positif ketika di hadapan anak.
Ibu dapat mengajarkan anak tentang pentingnya rasa hormat, keramahan, kejujuran, kebaikan, dan toleransi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan diri untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan pujian positif ketika anak melakukan sesuatu yang baik.
2. Ajari anak tentang konsekuensi
Pernah dengar efek domino? Artinya semua peristiwa saling berhubungan secara konsekuensial. Sederhananya, ini menyiratkan bahwa setiap tindakan yang kita ambil memiliki konsekuensi. Konsekuensi ini bisa baik atau buruk, tergantung pada sifat tindakan awalnya.
Salah satu cara agar mendidik anak secara efektif adalah dengan mengajari mereka tentang akibat dari tindakan mereka. Apakah anak-anak merusak mainan? Mereka tidak akan mendapatkan yang baru untuk sementara waktu. Apakah anak-anak sering begadang setelah jam malam menjelajahi ponselnya? Maka, matikanlah internet pada malam hari. Menerapkan pendekatan ini akan mengurangi kemungkinan mereka untuk tersinggung ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan mereka.
3. Batasi akses anak ke internet
Saat ini, cara terbaik untuk mendidik anak ketika mereka bertingkah adalah dengan memutus akses internet. Internet adalah magnet anak-anak modern. Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu menjelajahi media sosial dan platform online lainnya setiap hari. Hal ini menjadi sangat penting bagi anak-anak sehingga membatasi akses mereka untuk sementara waktu dapat membuat mereka berperilaku baik adn menghindari pengulangan kesalahan yang sama.
4. Jangan bersikap kasar dan membentak
Mengingat bahwa anak-anak cenderung meniru sikap yang mereka lihat dari orangtua, maka penting bagi Ibu untuk memberikan contoh sikap yang positif dan membangun. Ibu harus menghindari perilaku kasar untuk membantu mencegah sifat buruk tersebut terbawa hingga anak beranjak dewasa nanti. Jadi, selalu ingatlah untuk tidak terburu-buru terbawa emosi sampai menggunakan cara membentak apalagi kekerasan dalam bentuk apa pun.
Tindakan tersebut dapat menyebabkan anak menjadi trauma dan takut, bahkan akan membuatnya semakin enggan untuk patuh. Jika Ibu atau Ayah bersikap kasar atau sering berteriak kepada anak, secara tidak sadar itu sama saja mengajarkannya untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan akan membuatnya trauma.
Gunakan cara menasihati yang lebih lembut agar anak mau patuh. Dengan menggunakan pendekatan yang lembut dan penuh pengertian, Ibu dapat membantu anak mengajarkan nilai-nilai positif tanpa perlu menggunakan tindakan yang kasar atau menyakiti.
5. Berikan anak waktu istirahat
Time out mengacu pada saat seorang anak dikeluarkan dari lokasi awal di mana mereka berperilaku buruk dan ditempatkan di tempat yang terisolasi. Selama waktu istirahat, anak tidak diperbolehkan keluar dari tempat yang ditentukan dan melakukan aktivitas lain. Kali ini harus dicurahkan untuk menenangkan diri dan merenungkan perilaku mereka. Time out seharusnya tidak memakan waktu lama. Pertimbangkan untuk memberi anak waktu istirahat beberapa menit saja. Selain itu, bersikaplah tegas dan coba untuk tidak mengambil alasan apa pun.
Time out secara tradisional ditujukan untuk balita. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa time out juga efektif untuk remaja hingga usia 18-19 tahun. Namun, kembali pada keputusan orangtua, akankah hal tersebut cocok atau tidak untuk anak.