Orangtua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, terutama seorang ibu. Mengajar dan mendidik anak usia dini adalah sesuatu hal yang gampang-gampang susah. Mengapa demikian?
Karena terkadang kita menganggap apa yang kita ajarkan itu sudah benar, padahal kalau kita lihat dan mendalami ilmunya, belum tentu yang sudah kita lakukan itu benar.
Usia dini adalah golden age, masa keemasan yang harus kita isi dengan penuh kegembiraan karena akan mempengaruhi proses pertumbuhannya dan membekas di masa dewasanya.
Ada beberapa aspek perkembangan pembelajaran pada anak usia dini, yang bisa dipraktekkan di rumah. Apa sajakah itu?
1. Nilai agama dan moral
Di aspek ini, Bunda bisa mengenalkan ajaran agama kepada Ananda. Selalu mengajak Ananda beribadah bersama. Memberi contoh ritual keagamaan kepada mereka.
Lakukan hal baik tersebut secara terus menerus dan berulang. Jadikanlah hal itu menjadi sebuah pembiasaan.
Selain itu. Bunda bisa memberikan contoh bagaimana kita bersikap sopan santun pada orang lain, orang yang lebih tua, yang lebih muda bahkan terhadap teman bermain.
Semakin sering dilakukan dan dicontohkan sehingga menjadi sebuah pembiasaan, In syaa Allah Ananda akan tumbuh menjadi anak yang memiliki nilai agama dan moral yang baik.
2. Nilai kognitif
Di aspek ini, Bunda bisa mengajari Ananda berhitung melalui permainan. Mengapa permainan? Karena dunia anak adalah dunia bermain. Belum saatnya di usia dini, Ananda belajar atau menghapal materi yang berat-berat. Akan tetapi tak ada salahnya kita selipkan pembelajaran saat mereka bermain.
Ajak Ananda mengenal angka atau lambangnya yang dihubungkan dengan benda nyata. Stimulus Ananda agar berani menghitung sendiri bendanya. Selain itu Bunda bisa mengenalkan huruf, warna dan anggota badan berikut fungsinya saat Ananda melakukan kegiatan yang menggunakan anggota badan.
3. Nilai sosial emosional
Di aspek ini, Bunda bisa mengajari bagaimana cara kita bersosialisasi, belajar menyapa teman, belajar berkenalan dengan yang sebaya. Bahkan belajar berbagi dari hal-hal sederhana.
Ajarkan pula pentingnya saling kerjasama, saling membantu yang bisa dimulai di kehidupan keluarga terlebih dahulu. Penting memberi contoh kepada mereka, bagaimana Bunda dan Ayahnya bahu membahu mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama. Di sinilah momen paling baik di mana Ananda bisa dengan jelas melihat dan mencontoh apa yang dilakukan orangtuanya.
4. Nilai seni
Di aspek seni, Bunda bisa mengajarkan Ananda tentang pentingnya menjaga kebersihan karena sesuatu yang bersih itu pasti indah dan sesuai hadits Rasulullah SAW, bahwa kebersihan sebagian dari iman.
Bunda juga bisa mengajarkan tentang kerapian. Mulailah dari diri sendiri. Ananda akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya.
Kenalkan Ananda, lagu anak-anak yang sesuai usianya, kegiatan menyanyi adalah kegiatan yang erat dengan dunia anak, mereka akan lebih menyerap pembelajaran melalui musik atau nyanyian.
5. Nilai fisik motoric
Di aspek ini, ada dua macam fisik motoric yang bisa diajarkan. Ada fisik motoric halus, misalnya bagaimana Ananda belajar meremas, memegang pensil dengan baik, memegang gunting dengan baik bahkan Ananda bisa berani menggunting dalam tahap sederhana, tentunya dengan pengawasan orangtuanya.
Selain itu, ajak Ananda belajar corat-coret yang bermakna misalnya dengan mewarnai gambar yang ia sukai.
Sedangkan fisik motoric kasar misalnya Bunda mengajak Ananda berlari-lari kecil, bermain bola atau lempar tangkap bola, berenang atau bahkan melibatkan mereka saat sedang di dapur.
6. Nilai Bahasa
Di aspek ini, Bunda bisa mengajak anak berdiskusi, belajar mengeluarkan pendapat. Sesekali memberi kesempatan Ananda untuk memilih sendiri makanan, minuman, barang yang ia mau.
Selalu luangkan waktu untuk mengajak Ananda berkomunikasi positif secara rutin.Jangan biarkan kesempatan dan waktu emas itu terbuang dan dicuri oleh gadget. Jangan pernah memberi peluang kepada Ananda untuk terus menerus terisolasi gadget.
Dengan sealu berkomunikasi, Bunda bisa menstimulus kemampuan berbicara Ananda. Ada banyak kosa-kata yang bisa ia serap sehingga memperkaya kemampuaan bahasanya.
Alternatif lain misalnya kegiatan mendongeng atau membacakan buku cerita akan menstimulus kemampuan Ananda mencerna cerita dan keberanian mengungkapkan kembali apa yang ia dengar.